Download the Exclusive Bali Art Guide Map
Seni bagi saya adalah ruang perlawanan, ruang bertanya, dan ruang membebaskan. Saya menggunakan seni sebagai cara untuk menggali pengalaman perempuan—tentang tubuh, kebebasan, dan batasan yang sering kali ditentukan oleh orang lain. Saya tertarik mengeksplorasi bagaimana perempuan ditempatkan dalam masyarakat, bagaimana identitas mereka dibentuk oleh norma sosial, dan bagaimana mereka terus berjuang untuk memiliki kendali atas tubuh dan kehidupannya sendiri.
Sebagai seniman perempuan, saya melihat langsung bagaimana seni sering kali tidak memberikan cukup ruang bagi suara perempuan, terutama dalam membahas isu-isu yang mereka alami. Karena itu, saya ingin menciptakan karya yang tidak hanya berbicara tentang perempuan, tetapi juga untuk perempuan—menjadi medium untuk menyuarakan ketidakadilan, perlawanan, dan keberanian.
Saya banyak mengangkat tema ketidaksetaraan gender dan realitas yang dihadapi perempuan, termasuk dalam karya saya yang menjadi finalis UOB Painting of The Year 2021. Tahun ini, saya kembali mengangkat isu serupa dalam karya terbaru saya, yang menggambarkan bagaimana perempuan sering kali didorong untuk tetap kuat dalam kondisi apa pun—bahkan ketika mereka menjadi korban.
Bagi saya, seni adalah ruang dialog dan refleksi. Saya ingin karya saya menjadi tempat di mana perempuan bisa melihat dirinya sendiri tanpa penghakiman, di mana batasan yang mengekang mulai dipertanyakan, dan di mana suara mereka dapat bergema lebih lantang. Melalui seni, saya berharap dapat membuka percakapan yang lebih luas tentang hak, kebebasan, dan harapan bagi perempuan.
Nama saya Fairly Apriani, atau panggil saya Pepei. Saya lahir di Cirebon tahun 1995, dan seni telah menarik minat saya sejak kecil. Ketertarikan saya atas seni membawa saya untuk kuliah di Seni Rupa di Universitas Telkom. Dan, lewat sini saya mengeksplorasi nilai perempuan serta isu-isu lingkungan.
Lewat seni, saya ingin berbicara terus mengenai perjuangan gender yang hendak dibungkam dan sunyi di Indonesia. Lewat seni, saya menantang norma-norma sosial yang menindas perempuan. Lewat seni, saya ingin bercerita soal kisah-kisah diskriminasi yang selalu memojokkan perempuan. Lewat seni, saya ingin merekonstruksi bagaimana citra perempuan dibentuk dan di saat bersamaan mengkiritik citra yang membuat perempuan makin dipinggirkan. Saya ingin tindakan kreatif saya adalah pemberontakan kecil saya terhadap patriarki.
Dari Jakarta dan Bandung hingga pameran-pameran mendatang di Yogyakarta dan Bali, pameran seni saya secara konsisten menguatkan suara-suara yang tidak terdengar. Pencapaian saya salah satunya adalah nominasi dalam Bandung Contemporary Art Award 2017, dan Gray Award Bandung 2024, dan puncaknya menjadi finalis dalam UOB Painting of the Year 2021.
Style: Post-Modern
Mediums: Traditional - Multimedia
To see more artworks or contact the artist, visit their links below