Download the Exclusive Bali Art Guide Map
Karya saya berangkat dari pengalaman personal saya dan orang-orang di sekeling saya. Di setiap karya ada keresahan yang ingin saya bagikan pada pembaca. Saya yakin keresahan itu tidak hanya milik saya seorang. Oleh karena itu, karya saya lebih banyak menggunakan pendekatan psikologis. Bagi saya menunjukkan dimensi psikologis seorang karakter adalah aspek yang sangat penting dalam karya sastra. Misalnya, dalam menulis cerpen saya tidak ingin menceritakan bahwa seorang karakter sedang marah, putus asa, atau jatuh cinta. Saya ingin menunjukkan bagaimana amarah, keputusasaan, dan cinta tampak pada karakter dengan latar belakang sosial budaya tertentu berbeda dengan karakter lainnya. Sedangkan, dalam penulisan puisi saya sering menggunakan suara naratif dan liris yang dipadukan dengan elemen seperti percakapan dan repetisi.
Sebagai seorang perempuan yang bercita-cita ingin berkontribusi menciptakan lingkungan yang aman dan ramah terhadap perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya karya-karya saya lebih banyak bersuara tentang isu gender, pengalaman ketubuhan perempuan, trauma, dan self-love.
Artist Perkenalkan saya Putian. Saya lahir di Palu, 24 September 1995. Saat saya usia 7 tahun, keluarga saya pindah ke Lombok. Pendidikan SD hingga SMA saya tamatkan di sana. Setelah tamat saya merantau ke Jogja untuk kuliah. Saya menamatkan pendidikan sarjana di jurusan ilmu filsafat Universitas Gadjah Mada pada tahun 2019. Tiga tahun kemudian, saya melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Sastra di universitas yang sama dan selesai pada tahun 2024.
Sejak kanak-kanak orang tua saya telah mengenalkan beragam bacaan terutama buku dongeng atau cerita rakyat. Suatu privilige bagi saya telah dikenalkan dengan buku dan sastra lisan sejak kanak-kanak. Kenangan masa kanak-kanak yang tidak terlupakan bagi saya yaitu setiap kampung kami mendapat giliran mati Listrik yang biasanya waktu magrib. Saya dan sepupu-sepupu berbaring berjejeran sambil didongengkan cerita turun-temurun atau semacam legenda yang dipercayai oleh masyarakat setempat. Orang tua saya dan mbah dari papa adalah orang-orang yang mencintai karya-karya sastra lama, sepertia epik Mahabarata, Ramayana, dan novel Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Orang tua saya bahkan, menyematkan nama salah satu tokoh pendekar perempuan dalam novel Wiro Sableng yaitu Puti Andini ke nama saya Puput Putiandini. Latar belakang keluarga inilah yang saya rasa melatarbelakangi minat saya pada karya sastra.
Ketika melahirkan karya, saya selalu berharap karya saya bisa menemukan pembacanya. Melalui karya itu saya ingin berbagi keresahan, menunjukkan dunia yang tidak hitam putih, realita yang random, dan berbagai hal sederhana yang mungkin luput kita hargai karena kita terlalu fokus ingin menyempurnakan segala hal, lalu gagal menikmati apa yang ada. Tujuan saya mengusik kenyamanan dunia imajinasi pembaca yang merah muda, dengan begitu pembaca mungkin akan terpancing untuk merefleksikan sesuatu. Kalau karya saya berakhir dengan di lempar ke kolong kasur juga tidak apa-apa, setidaknya saya berhasil membuat mereka resah. Ini saya pelajari dari Nawal El Sadawi dan Camilo Jose Cela. Dua sastrawan favorit saya.
Style: My poems often use combination of narrative and lyrical voice
Mediums: Performer, Writer
To see more artworks or contact the artist, visit their links below