Made Chandra

Artist Statement

Perkembangan seni rupa telah mengalami jatuh bangun sejak berabad-abad lalu, berbagai gagasan dan pemikiran saling beradu untuk menyimpulkan bagaimana seni rupa hari ini diterjemahkan. Mulai pada era Renaissance, yang di perbaharui oleh modernisme hingga ditentang oleh era kontemporer. Pada perkembangan ragam rupa seni kontemporer, muncul pemikiran untuk menggali lebih dalam local wisdom yang dimiliki oleh setiap daerah sebagai bahan dalam pengolahan artistik setiap perupa, lokal wisdom itu berupa tradisi yang sudah ada dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Pemikiran tersebut menjadi landasan dasar untuk made chandra bernaung dalam dinamisme seni rupa hari ini, pengaruh seni lukis wayang kamasan memberikan nafas tradisi pada visual artsitik yang chandra miliki,  kombinasi esensi rupa ( warna, garis) dan perombakan komposisi dasar menjadi konsern utamanya untuk diterjemahankan melalui bahasa rupa yang harmoni.

Artist Biography

Made chandra merupakan seorang perupa muda yang sekarang bertempat tinggal di Bali, pada mulanya ia hidup dan besar dalam lingkungan yang memiliki pluralisme yang sangat beragam, ia lahir dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di tanah sumatra, tepatnya di palembang,  namun gejolak seni yang ada pada pribadinya membawa dan menerima bahwa ia harus kembali, pada daerah dimana leluhurnya berasal yaitu tanah dewata, Bali.

Perkembangan artistik yang ia miliki sekarang sangat di pengaruhi oleh hiruk pikuk budaya kota klungkung, dimana ia belajar dan menyerap berbagai disiplin ilmu, mulai dari menari, musik tradisional hingga ranah seni rupa pun, tak luput dari perhatiannya. Aspek pluralisme yang menyelimutinya sedari kecil terangkum dalam diri seorang chandra, serta mempengaruhi pemahaman dan penerimaannya terhadap berbagai pemikiran seni serta mengimplementasikan hal-hal tersebut dalam proses berkaryanya.

Style: Karya saya dinaungi oleh pemikiran post tradition dimana tradisi menjadi poin utama dalam menggali potensi dasar saya sebagai perupa, jika dilihat sebagian besar pengalaman artistik saya sangat di pengaruhi oleh pemahaman esensial terhadap garis tradisi wayang kamasan, pengalaman visual tradisi tersebut kemudian diterjemahkan ulang dalam konteks modernitas tentu dengan pemahaman dasar sebagai karya yang berjalan pada era kontemporary art.

Medium: Traditional - Acrylic, Traditional - Watercolour

Memecah ruang

2023
Acrylic and ink on canvas
110 x 100 cm
Menarik untuk menelisik betapa uniknya para undagi buleleng, untuk merekam apa yang mereka ingat ,tentang peristiwa sebuah perang besar, yang pernah melanda desa jagaraga pada tahun 1848 lalu ,yaitu perang Puputan Jagaraga.  Perang yang memakan banyak korban. Mereka memecah ruang kreatifitas kebanyakan undagi, dengan tidak hanya membangun pura sebagai tempat pemujaan, namun sebagai media catatan untuk dibaca oleh generasi selanjutnya, 100 tahun bahkan sampai berabad abad selanjutnya. 

Ancient ornament

2023
Acrylic and ink on canvas
70 x 90 cm
Ketika melihat ornamen cili pada lamak. Kita seperti dituntun kembali ke zaman praaksara, dimana tulisan masih disimbolkan melalui bahasa bahasa rupa seperti garis, warna dan bentuk.Garis garis geometris tersebut, di susun sedemikian rupa, membentuk suatu pola harmonis yang tidak terikat. Saya merasa ornamen ini spesial, ia seperti tidak berasal dari bali dewasa ini, namun jauh melampaui ruang waktu. Garisnya yang tegas tanpa di sertai detail yang terlalu rumit, seakan menekankan bahwa ornamen cili ini diadopsi dari keragaman bali kuno dan diberi label baru sebagai devi sri sebagai perlambang kesuburan oleh masyarakat pra hindu di bali.

Rasa yang bercampur

2023
Acrylic on canvas.
50 x 50 cm
Memiliki ruangan khusus untuk mengolah sebuah ide adalah impian setiap perupa, namun keterbatasan ruang dan material membuat saya dan kawan-kawan perupa muda harus  bekerja dalam dapur yang sama. Namun dalam keterbatasan itu banyak hal unik dan menyenangkan yang bisa kami lakukan bersama. Berbagai hal tersebut saya rasakan tak ubahnya seperti kaitan unsur-unsur alam, individualitas yang melekat pada jiwa para perupa mempunyai kecenderungannya tersendiri. Ada yang mengalir layaknya air, ada yang bersemangat layaknya api dan ada yang teguh layaknya tanah, mereka saling mempengaruhi satu sama lain, keterkaitan itu menjadi sebuah kebutuhan yang saling mencampur satu sama lain. Seringnya bertemu menjadikan diskusi di antara kami kerap terjadi, diskusi-diskusi tersebut menjadi bahan bakar kami dalam mengembangkan ide serta visual artistik yang kami miliki.

To see more artworks or contact the artist, visit their links below